Tuesday, August 6, 2013

DRAMA SEKOLAH (CERPEN)

Unknown
  Memang cinta itu apa ?, aku sendiri saja memikirkan itu berlamalamanya, kalau tahu rasanya jatuh cinta mungkin aku akan lebih menghargai diri sendiri, aku banyak memahami cinta lewat prosa, puisi, lalu cerpen dan novel remaja. Kalau sepintas diresapi indah juga apalagi setiap bait ketika membaca, aku merasa menemukan imajinasiku memuncak serta bergairah menambah semangatku untuk menghadapi hari-hari berikutnya, kalau seperti ini romannya aku ingin jatuh cinta dan segera menyatakan pada pujaan hati, “berhenti menjadi pemuja rahasia”, yang mengendap-endap untuk menyaksikan jelitanya di balik layar realita. Walah !! kota ini menyejukanku dengan berbagai cerita dari pahit sampai manis jika diuraikan tak sampai hati untuk begadang mendengarnya, jadi lihat saja nanti siapa yang jadi pejantan sejati.

  Kalau demen membaca tabloid dan majalah remaja itu dapat mendambah percaya diri, ada-ada saja kata-kata temanku, dia itu ngawur, jomblo abadi mau menasehati dan memberi solusi padaku yang setara dengan nasibnya, katanya banyak tips untuk percintaan, kalau tips memang berguna berarti bisa lekas menilai kenyataan di lapangan, katanya “referensi” mungkin ada benarnya si tambun itu kalau begitu aku akan lebih menghargai dongengannya.

  Mungkin lebih wajib bercerita dari awal yang lebih dalam, dari nama dan latar, untung namaku tak jelek-jelek banget, Ben namaku nama panjang beni ismail anak pertama dari keluarga Sukrawinta kota Bandung Timur, rumah dekat kantor polisi tapi tak mengubah segalanya, berantakan, nakal dan awur-awuran, idealisme yang menggebu-gebu bersama angan-angan yang jauh dari nalar manusia normal, pergi ke jepang main bianglala bersama maria ozawa, sora aoi, nemoto harumi dan AV IDOL lainya, ssttt!! Ketahuan deh sering buka situs aneh-aneh, sampai hapal tokoh-tokohnya, teman-teman sepermainanku mengatakan aku seorang yang transparant apa maksudnya ?, baru kuketahui dengan tawa terbahak-bahak, “polos”, “ngomong kagak di ayak”, “sinting”, “ngocol” dan semua itu telah mengubah pandangan tentang diriku sebelumnya “pemalu”, “pemimpi, “pemalas”, “usil kepada adik perempuanku”. 

   Tahun ini aku menginjak kelas 2 di Sekolah Menegah Pertama lebih spesifiknya SMP N 19 sekolah paling asik penuh dengan tanaman hias, satpam mirip Opie Kumis, dan wc anti bau (khusus buat guru), penjaga kantin yang rese, dan kepala sekolah yang jika berpidato senin pagi tak lupa bercurhat tentang hidupnya diiringi kekesalan akan sinar matahari yang terik dalam upacara bendera.

    Senin pagi Beni Ismail belajar dengan tekun masih “pitik” nurut aja sama orangtua (Budi Sukrawinata & Ida Halid) jika mereka tak ada di rumah Beni mulai beraksi. Pelajaran hari ini cukup dengan pembukaan yang tak begitu menegangkan, Bahasa Indonesia dengan guru yang luar biasa, mantan pengajar tari untuk siswa Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak. Dialah Pa Koswara’ nah ini guru yang paling unik ku bilang, mengapa bisa ku sebut unik karena, beliau penuh dengan teori dan metode mengajar yang dekat di hati para siswa-siswi, lembut, mengayun, dan dramatikal tapi penuh inspirasi, logis, bijak, serta objektif, kalau bosan menerangkan dia sering mendongeng tentang tanah sunda yang banyak cerita menegangkan bersama konflik dan intrik, diantara kami pun tak ada yang risih tentang hal ini, Cuma butet temanku dari dataran batak yang bangga akan rasnya. 

   Sudah beberapa tahun ajar aku dan kawan-kawan lain duduk disini menerima asupan ilmu, sekarang sudah kelas 2, dari kelas 1 susunan murid dalam kelas tak berganti, biasanya di sekolah lain tiap naik kelas susunan murid terus berbeda dari kelas terdahulu, kalau di sekolah ini tidak, makanya kenapa ku sebut sekolah ini “asik”. Pa koswara akhirnya usai mendendangkan materi pengajarannya, dan berganti pelajaran Geografi oleh ibu yang sangat anggun’ Bu Elena, yang satu ini jangan lengah untuk mendegarkannya secara baik lebih mengasikan dari pada Pak Koswara tapi keanggunannya tak jauh beda (uppss!!).

   Akhirnya pelajaran selesai, bunyi bel terdengar tanda istirahat yang sering dinanti ketika mulai bosas duduk dan terpaku, seluruh pelajar membaur kilat melaju ke kantin belakang. Aku bersama Chairil berjalan bersama, teman akrabku yang paling pertama ku sapa ketika masa orientasi sekolah. Kami memiliki kesamaan makanan favorit yaitu “batagor”, Bandung pencipta batagor, kalau Bandung tak ada berarti Batagor tak ada pula, aku lebih rela kehilangan kota Bandung dari pada Batagor haha!!, kami menikmati bersama-sama sambil mengobrol tentang apa saja.

  Seluruh pelajar masuk ke kelas masing-masing, temanku Chairil masih saja menggenggam es jeruk dalam kantong plastik lalu meminumnya lewat sedotan sambil berjalan cepat menyusuri ruangan menuju kelas kita. Sebelum masuk ke dalam kelas, aku disapa oleh Rika dari belakang, dan apa yang terjadi “aku gugup” malu jika menjelaskanya arti dari kegugupan itu, tapi satu- persatu harus kujelaskan demi keharmonisan cerita, dari kelas satu aku sudah menyukai Rika, kalau digambarkan wajahnya cina abis, tapi gaya omongannya mirip orang betawi, kulitnya putih, tubuhnya semampai.

  Rika menanyakan PR (pekerjaan rumah) kepadaku, untung aku sudah membuatnya, lalu dia senang mendengarnya dan meminta jawaban dari no 4 tentang babad tanah jawa untuk pelajaran sejarah, aku senang hati membantunya, dia tersenyum dengan ekpresif, kalau bisa ku foto dia ketika tersenyum, akan ku cetak banyak lalu ku tempel di dinding kamarku.

  Menurut teman-temanku Rika sudah tahu bahwa aku suka padanya, mungkin dari gelagatku ketika mendekatinya, serta ekpresi-ekpresi jika kubayangkan malam hari selesai mengerjakan LKS (lembar kerja siswa) merasa malu dibuatnya.

  Pulang sekolah di siang hari, ada satu niatku hari ini yang ingin segera tercurahkan, mengapa aku tak berani sekedar bertanya dengan modus “bertanya tentang pelajaran”, tapi kenyataannnya dia terus berlalu setiap pulang sekolah berjalan bersama Ajeng teman akrabnya, karena aku lamban untuk mendahului gerak Ajeng untuk berjalan dengan niat lebih dekat dengan Rika. Di jalan setapak menuju jalan raya aku terus melihat Rika dari belakang, memandanginya serta menyesali kebodohanku, berjalan bersama Gunawan, Deni, Chairil, Reza membuat cita rasa memandang cantiknya rika terganggu, kalau sudah pulang sekolah seperti “macan yang di lepas” mereka ini. Sekilas munculah ide untuk datang ke rumah rika yang tak jauh dari sekolah, “apa itu rencana bodoh ?”celetukku dalam hati, Beni Ismail baru menyadari bahwa kebodohannya itu manusiawi, bukan diada-adakan, tapi kalau dipikirkan kegilaannya dan kenekatannya lebih mengandung unsur abnormal, (walah !!), tanpa prediksi dan berpikir panjang tapi bernilai pesan dan moral “jangan jadi pecundang seumur hidup”.

   Sabtu pagi yang saat itu mendung, Beni berpikir apa hatinya akan mendung jika sampai di lokasi, lalu dia berpikir kembali sudah terlanjur dandan dan memikirkan rencana yang sudah dia pikirkan seminggu dengan tersusun sangat rapi. Sebelumnya Beni menghubungi Rika untuk kepastian ada dirumah dan tidak sibuk, dengan senang hati dia melaju ke daerah Alun- Alun kota Bandung menggunakan motor bebek milik Yudi, tetangganya yang siap dirugikan untuk ide-ide gila Beni. Sampai di lokasi inilah fokusnya : Beni menyapa salam sebelum masuk pekarangan rumah Rika yang ada anjingnya, yang satu ini merupakan tantangan Beni, kelihatan anjing Rika tak bersahabat denga beni, munculah si jelita menyapa Beni dan menyuruh Beni yang kikuk masuk ke dalam. nah’ aksi beni dimulai sekarang, mulai bertanya-tanya tentang keluarga Rika, pokoknya basa-basi biar gak kehilangan topik, aku senang dengan Rika, dia itu orangnya welcome, tanpa memandang siapa, asik sekali ngobrol dengannya, hati ini semakin resah saja, badanku merinding, jiwaku melayang-layang dalam ketidakfokuskan dalam menyimak Rika bercerita. Jujur dia itu tipeku habis, cantik, segar, putih , aku suka gadis yang oriental agak ke cina-cinaan apalagi doyan ngomong (Beni ismail (12 th): kulit hitam - hidung mancung – rambut ikal (makanya sering dicukur 1 cm jika mulai panjang) – bendahara kata-katanya kacau – gaya bicaranya tak jelas - Teman-temannya tidak percaya kalau dia orang sunda)

   Baru tahu rasanya lebih berani dan nilai plusnya pasti bangga menjadi diri sendiri, kalau begitu aku mencoba lebih berani lagi untuk hari kedepan, aku benar-baenar jatuh cinta pada Rika, aku merasa nyaman didekatnya, sebagian lara dalam kehidupanku sejenak hilang ketika senyumnya menyapa serta tingkahnya menyapu kegundahanku. Tiga hari setelahnya aku terdiam duduk di meja belajarku memikirkannya terus memikirkannya, LKS-ku tergeletak menganggur di atas meja, padahal deadline malam ini dan besok harus dikumpulkan, aku tersenyum sendiri kala memikirkan Kejadian sabtu yang mendung di bulan Oktober yang gersang. Kalau boleh aku mau menitipkan salam rindu ini yang nyata bukan main-main serta jujur dalam hati, pasti jika aku menceritakan pada ayah, ibu dan adik perempuanku (Kania D Sukrawinata) ini merupakan “cinta monyet” dan jelas tak ada hasrat untuk sekalipun bercerita pada mereka, malu setengah mati, jadi bulan-bulanan keluarga, mending tutup mulut dan rasakan fantasi malam ini yang beromantika.

  Esoknya Siang hari seusai pulang sekolah, aku memaksakan diri menulis sebuah surat cinta, bukan terinspirasi dari lagu lama milik Pandu Winata, tapi dari dasar hati yang paling dalam. Dari paragrap ke paragraph aku mencurahkan seluruh isi hati, tak ada manipulasi, begitu adanya, serta menyanjungnya, 30 menit menguras akal jadilah suratnya (dengan tulisan huruf yang tidak terlalu buruk namun mengandung kadar cinta yang tersirat memuji serta ingin memiliki).

  Jumat pagi kira-kira jam 09 45 WIB aku taruh surat itu didalam tas seorang perempuan dikelasku, sebelumnya berhari-hari aku memikirkan niat dan ketika suatu sore yang sejuk dimana ada pertunjukan kunda lumping di gang seberang, aku memastikan hati untuk memberikannya dengan cara sembunyi, dan hari ini saatnya beraksi. Ketika jam pelajaran olahraga, ketika semua murid laki-laki mengadakan pemanasan dan murid perempuan berganti pakaian di dalam toilet sekolah, aku mencuri waktu menaruh surat cinta ini ke dalam sebuah tas kulit hitam yang lucu, diletakan diantara bukubuku paket sekolah, lalu dengan cepat berlalu menuju teman-teman di lapangan dan bersikap seperti biasa. 

  Dan apa yang terjadi 2 hari setelah, siang hari di kelas tanpa guru mengajar, aku melihat Rika memegang sebuah surat yang aku kenal, Anggun, Yuli, Siska dan pastinya Rika, berkerumun di belakang sepertinya membicarakan tentang surat misterius itu, datanglah Galih yang mencoba memberi saran untuk memeriksa tulisan huruf yang ada di surat kepada semua teman-teman dikelas untuk menghilangkan rasa penasaran Rika dan siapa yang berulah. Rika ditemani Galih mulai memeriksa, dan aku panasndingin duduk di bangkuku sambil berdoa agar guru datang yang berefek introgasi itu berhenti. Bayangan itu terjadi (Damn!!) Rika berhasil menemukan siap yang menulis surat misterius itu, dan dia menanyakan kepadaku “Ben kamu yang menulis surat ini ya”, aku berpura-pura “bukan ka’ sumpah deh”, kikuk baget “Ben jujur deh’ tulisan huruf yang ada dikertas sama dengan tulisanmu di buku tulismu” Rika sambil tersenyum”, dan dialog itu terhenti karena datanya Pa Arifin untuk mengajar pelajaran fisika. 

 Berminggu-minggu hari-hari biasa saja, aku malu jika harus memulai berbicara padanya, aku memandanginya setiap di kelas, ketika Rika tiba-tiba balik memandangi sontak aku berusaha menutupi dengan membaca buku paket. Rika sering mensenyumiku ketika berpapasan tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

  Kabar buruk terjadi di awal tahun ajar baru di kelas 3, Rika pindah sekolah, Orangtuanya yang seorang Pegawai Negeri dipindahtugaskan ke Bangka, aku miris mendengarnya, Helena tetangga dan teman sekelasnya menceritakan kepada banyak teman-teman. Tahun ini terasa buram tanpa Rika, bodohnya diriku kenapa minder dan tak berani untuk mengatakan yang sebenarnya, gengsi lagi-lagi dan melakukan sesuatu setengah-setengah, aku menggaruk kepalaku sambil menyapu kamarku diakhir pekan. Dalam ketegangan Ujian Nasional yang sudah memasuki hari kahir, kami berusaha keras untuk lulus dan ditambah berdoa sesuai agama masing-masing, akhirnya semua lulus, Beni Ismail lulus kedua orangtuanya lega dan keadaan rumah tidak jadi tegang lagi. Aku masih memikirkannya “dimana dia” aku mau mengatakan “aku sayang kamu” walau terlambat tapi wajib dikatakan, Beni Ismail harus jadi lebih baik lagi (Janji dihadapan secangkir air putih sambil memegang surat pengumuman kelulusan).

  Beni Ismail sudah jadi anak SMA, tubuhnya mulai meninggi, kreatifitas mulai membangkit, jadi anak band dengan modal percaya diri bersama-sama teman-temannya yang suka menggosip ketika ada warga baru yang tinggal di komplek mereka. Masa-masa SMA Beni pun tak pernah habis akal, soal Cintanya yang tak sampai dia berusaha menghubungi teman-teman SMPnya, untuk mengetahui keberadaan rika (nomor telepon rumah, alamat, ataupun handphone pribadinya) tapi semuanya membuat Beni kecewa, tak ada informasi tentang rika. Janjinya diurungkan sekarang Beni lebih serius belajar karena ayahnya akan memberikan motor untuknya jika nilai matematika tak lagi “6” di rapornya. Beni Ismail kembali berhasil dalam Ujian Nasional dan lulus dengan nilai lumayan, beni pun membagi kebahagiaan bersama keluarga dan teman-teman yang lain, sekarang saat menghadapi perguruan tinggi serta jadi lebih baik (sekarang beda “janji diantara banci yang seangkot dengannya).

 Menurut ibuku yang seorang guru Bahasa Indonesia, hidup itu merupakan drama, aku tak mengerti konteksnya, bagiku hidup itu sederhana, kusebut sederhana karena waktu seperti berjalan cepat dan apa yang kita lakukan akan menyisakan kenangan yang tidak permanent. Ayahku yang seorang HRD di Perusahaan Mobil pun mengatakan Hidup itu drama sebab itu, berusahalah keras untuk berdiri diantara badai angin yang menerpa, serta cari celah untuk tetap kokoh dan melaju ke dataran, semua itu ibarat totalitas insan dalam memainkan sandiwara dan pertunjukan hidup yanga banyak tragedi, kepalsuan, kasih sayang, bencana, ataupun kematian.

  Hidup maupun dramatisasi itu merupakan rahasia tapi hingga kini aku masih kabur dalam menghargai cinta, apa harus ku akui bahwa drama dan percintaan akan menjadi sebuah pertunjukan yang indah dan memesona. Berhasil diterima di fakultas komunikasi perguruan tinggi negeri ternama di kota bandung menyambungkan cita-cita Beni Ismail sebelumnya, dia ingin mengubah dirinya jadi lebih baik, terdahulu Beni susah sekali menjadi manusia yang pintar berbicara, dan sekarang dia akan menimba ilmu untuk semua hal itu, bicara dan komunikasi merupakan jalinan khusus, pelajaran yang baik dari masa lalu membuatku berusaha keras dan bersusah payah mengejarnya, untuk Rika aku masih merindukannya, dalam hari-hari baruku aku masih saja mencari informasi tentangnya, hampir pesimis tapi lebih baik jika berusaha, jika disana dia tahu maksudku memaknai dirinya dia pasti tahu tanpa aku bicara, pagi ini aku harus mengurus-urus berkas ke panitia penerimaan mahasiswa baru, pagi hari sebelum berangkat aku memandangi sebuah kado untuk Rika yang tak sempat di berikan untuk ulang tahunnya di bulan pertama di tahun ajar kelas 3 dulu, sambil mengeluarkan nafas aku berjalan sambil membayangi masa-masa bersamanya. 




                                                                                                                                   
                                                                                                                                Jatinangor, Jawa Barat

About the Author

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

Catatan Penulis & Arsip Pribadi

Powered by Blogger.

Instagram

Popular Posts

Contact Us

Name

Email *

Message *

Pages

Like us

http://melanialysandra.blogspot.com/

About me

Nama : Helmi Agusrizal Place/Date of Birth : Jakarta/august 02, 1988 Sex : Male Citizenship : Indonesia Marital status : Married Religion : Moslem E-mail address : Helmi.agusrizal@gmail.com Address : Pondok Budiasih (Saluyu), Jl. Ahmad Syam, Kampung Ciawi, Desa Cikeruh (RT/RW 02/04), Jatinangor – Sumedang, Jawa Barat. 45363 Phone : Mobile (081214613112) Formal Education : 2006 – 2010 IKOPIN, majoring in human resourch management, Jatinagor-Bandung 2003 – 2006 Senior High School in SMA YUPPENTEK 1 Tangerang, Banten-Serang 2001 – 2003 Junior High School in SMPN 19 Tangerang, Banten-Serang 1995 – 2001 Elementary School in SDN Dayung Tangerang, Banten-Serang 1993 - 1995 Kindergaten School in TK Nurul Islam Tangerang, Banten-Serang

Facebook

http://delighthomegarden.blogspot.com/

Entri Populer